Assalamualaikum!~
Kelainan adat & tradisi kaum Toraja ini menjadikan mereka 'unik' di mata masyarakat dunia yang lain. Kaum Toraja berasal dari Sulawesi Selatan, Indonesia. Namun, berdasarkan kajian arkeologis, orang Toraja berasal dari Yunan, Teluk Tongkin, China. Pendatang dari China ini kemudian bercampur dengan penduduk asli Sulawesi Selatan. Kata tana artinya negeri, sedangkan kata toraja berasal dua kata yaitu tau (orang)dan maraya (orang besar atau bangsawan). Kemudian penggabungan kata-kata tesebut bermakna tempat bermukimnya suku Toraja atau berikutnya dikenal sebagai Tana Toraja.
Kaum Toraja sememangnya terkenal dengan sambutan ritual pelik apabila berlaku sesuatu kematian. Ritual ini telah pun menjadi kebudayaan bagi masyarakat Toraja. Apabila berlaku kematian di kalangan kaumnye, akan berlaku korban kerbau. Apa yang (tak) menarik, korban tersebut bukan di sambut secara sembelihan tatapi secara menetak leher kerbau tersebut dan membiarkannya seksa sehingga mati. Selain daripada itu, mereka juga menyambut hari kematian dengan mengadakan Laga Ayam dan membuatkan mayat 'berjalan' ke kampung!
Mayat 'Berjalan' Dalam Ritual Ma' nene
Ritual Ma'nene dilakukan setiap 3 tahun sekali dan biasanya dilakukan pada bulan Ogos. Mengapa pada bulan tersebut? Kerana upacara Ma'nene hanya boleh dilaksanakan setelah tuai padi. Musim menuai yakni jatuh pada bulan Ogos.
Masyarakat adat Toraja percaya jika ritual Ma'nene tidak dilakukan sebelum masa menuai, maka sawah-sawah dan ladang mereka akan mengalami kerosakan dengan banyaknya tikus dan ulat akan datang 'menyerang'.
Sejarah ritual Ma'nene ini berasal dari seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek, yang datang ke hutan pegunungan Balla. Saat itu, Pong menemui jasad manusia yang telah meninggal dunia dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Pong kemudian, membawa jasad itu dan dikenakan pakaian yang baik untuk dikuburkan di tempat aman.Semenjak dari itu, rezeki Pong melimpah ruah. Tanaman pertaniannya dapat dituai lebih cepat dari waktu biasanya. Sewaktu berburu, Pong kerap kali mendapatkan perburuannya dengan mudah. Dan ketika berburu di hutan, Pong sering bertemu dengan roh yang dirawatnya yang kemudian roh tersebut ikut membantu dalam perburuan Pong sebagai petunjuk jalannya.
Dengan adanya peristiwa tersebut, Pong beranggapan bahawa jasad orang yang telah meninggal sekalipun harus tetap harus dirawat dan dihormati, meskipun jasad tersebut sudah tidak berbentuk lagi.
Pong lalu mewariskan amanahnya kepada penduduk Baruppu. Dan oleh penduduk Baruppu, amanah Pong tetap terjaga dengan terus dilaksanakannya ritual Ma'nene tersebut.
Prosesi Ma'nene itu sendiri diawali dengan mengunjungi lokasi tempat dimakamkan nenek moyang masyarakat setempat yakni di pekuburan Patane di Lembang Paton, Kecamatan Sariale, ibu kota Kabupaten Toraja Utara. Mayat nenek moyang mereka disimpan di dalam peti yang telah diberi pengawet.
Sebelum dibuka dan diangkat dari peti, orang-orang tua yang biasa dikenal dengan nama Ne' Tomina Lumba, membacakan doa dalam bahasa Toraja Kuno. Setelah itu, mayat tersebut diangkat dan mulai dibersihkan dari atas kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan kuas atau kain bersih. Setelah itu, barulah mayat tersebut dipakaikan baju yang baru dan kemudian kembali dibaringkan di dalam peti tadi.
Masyarakat adat Toraja percaya jika ritual Ma'nene tidak dilakukan sebelum masa menuai, maka sawah-sawah dan ladang mereka akan mengalami kerosakan dengan banyaknya tikus dan ulat akan datang 'menyerang'.
Sejarah ritual Ma'nene ini berasal dari seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek, yang datang ke hutan pegunungan Balla. Saat itu, Pong menemui jasad manusia yang telah meninggal dunia dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Pong kemudian, membawa jasad itu dan dikenakan pakaian yang baik untuk dikuburkan di tempat aman.Semenjak dari itu, rezeki Pong melimpah ruah. Tanaman pertaniannya dapat dituai lebih cepat dari waktu biasanya. Sewaktu berburu, Pong kerap kali mendapatkan perburuannya dengan mudah. Dan ketika berburu di hutan, Pong sering bertemu dengan roh yang dirawatnya yang kemudian roh tersebut ikut membantu dalam perburuan Pong sebagai petunjuk jalannya.
Dengan adanya peristiwa tersebut, Pong beranggapan bahawa jasad orang yang telah meninggal sekalipun harus tetap harus dirawat dan dihormati, meskipun jasad tersebut sudah tidak berbentuk lagi.
Prosesi Ma'nene itu sendiri diawali dengan mengunjungi lokasi tempat dimakamkan nenek moyang masyarakat setempat yakni di pekuburan Patane di Lembang Paton, Kecamatan Sariale, ibu kota Kabupaten Toraja Utara. Mayat nenek moyang mereka disimpan di dalam peti yang telah diberi pengawet.
Sejumlah anggota keluarga menggotong peti berisi jasad leluhur untuk digantikan bajunya dalam prosesi adat Ma'nene di Toraja. |
Pihak keluarga didampingi tetua adat melepas pakaian lama jasad nenek moyang. |
Seorang anggota keluarga membersihkan jasad nenek moyangnya sebelum dipakaikan pakaian baru dalam prosesi adat Ma'nene di Toraja. |
Sebelum dibuka dan diangkat dari peti, orang-orang tua yang biasa dikenal dengan nama Ne' Tomina Lumba, membacakan doa dalam bahasa Toraja Kuno. Setelah itu, mayat tersebut diangkat dan mulai dibersihkan dari atas kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan kuas atau kain bersih. Setelah itu, barulah mayat tersebut dipakaikan baju yang baru dan kemudian kembali dibaringkan di dalam peti tadi.
Dalam proses tersebut, sebahagian kaum lelaki membentuk lingkaran menyanyikan lagu dan tarian yang melambangkan kesedihan. Lagu dan gerak tarian tersebut guna untuk memberi semangat kepada para keluarga yang ditinggalkan.
Pelbagai sumber
P/S: Lain orang lain adatnya.....
No comments:
Post a Comment